Yogyakarta, tempat yang Istimewa ini selalu ada hal menarik untuk dilakukan baik dari segi wisata alam atau kuliner. Jika selama ini anda hanya melihat kegiatan outdoor bernama "Sandboarding" di Luar Negeri, sekarang Jogja sudah memiliki lokasi yang sangat cocok digunakan untuk kegiatan tersebut.
Sandboarding merupakan olahraga permainan menggunakan papan seluncur yang dipergunakan di atas pasir. Lokasi untuk bermain Sandboarding sangat mudah untuk dijangkau yaitu terletak di Parang Kusumo, tempat ini bersebelahan dengan Pantai Parang Tritis yang menjadi salah satu icon kota Jogja.
Ketika anda berada diatas pasir dan siap meluncur adrenalin anda akan di uji disini, antara perasaan takut atau berani. Dengan ketinggian sekitar 5 - 7 M anda akan merasakan adrenalin meningkat dengan cepat setelah meluncur, jatuh bangun berluluran pasir sudah menjadi hal biasa dalam olahraga ini. Dengan alat pengaman Sandboarding berupa helm, pengaman tangan dan lutut kaki, siapkah anda mecoba permainan yang menguji adrenalin ini ?
Lokasi Sandboarding - Parang Kusumo
Asiknya Berseluncur
Terbang yuks :p
Balapan juga boleh :D
Gaya barukah ini ? :)
Sandboarding Mania :)
Namanya kaka Fadil :p
Namanya kaka ajies :)

Siapa yang tidak mengenal "Green Canyon" yang menjadi primadona di wilayah Jawa Barat. Tebing yang  menjadi ciri khas dari Green Canyon dan berada di antara sungai-sungai ini membuat keunikan tersendiri bagi tempat tersebut. Tapi tunggu dulu, jika kalian berkunjung ke Kota Jogja jangan lupa mengunjungi Green Canyonnya Jogja.  Tempat Wisata yang bisa dibilang saat ini belum populer seperti Goa Pindul, Air Terjun sri Gethuk dan Kali oyo ini memiliki nama yang unik, yaitu "Luweng Sampang". Kata "Luweng Sampang" diambil dari Istilah "Sampang" dalam bahasa jawa yang berarti "Lubang" dan kata "Sampang" diambil dari nama desa setempat yaitu Desa Sampang.
Luweng Sampang ini terletak di Desa Sampang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta. untuk mencapai lokasi ini sangatlah mudah, dari Jogja anda hanya mengikuti Jl. Solo hingga melewati Candi Prambanan, kira-kira 6 KM dari gapura perbatasan DIY - Jawa Tengah. Setelah 6 KM dari perbatasan kemudian belok kanan ke arah Kecamatan Gantiwarno. Setelah sampai di Kecamatan Gantiwarno anda cukup menyusuri jalan utama dan tidak lupa juga bertanya kepada warga disana dimana letak Luweng Sampang. 
Jika anda kesana pada musim kemarau air di Luweng Sampang akan tergenang, karena daerah ini merupakan Batuan Karst dan terkenal kering. Tetapi jika anda berkunjung pada musim penghujan suasana akan berbeda dengan aliran air yang lebih indah. Konon katanya salah satu warga yang kami temui, dahulu Luweng Sampang tersebut merupakan tempat pertapaan Sunan Kali Jaga yang menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa.
Lokasi ini sangat cocok buat anda yang hobi akan fotografi model, landscape dan slowspeed, tetapi jika digunakan untuk memancing dan mandi kami rasa kurang mendukung, ada yang bilang bahwa tempat ini keramat.
Berikut adalah keindahan dari Luweng Sampang :

Luweng Sampang #1
Luweng Sampang #2
Luweng Sampang #3
Luweng Sampang #4
Luweng Sampang #5
Luweng Sampang #6
      
Rinjani Mountain
             Ketika sampai di Pulau Lombok, yang ada dalam pikiranku hanyalah “Aku ingin segera mendaki Gunung Rinjani”. Siapa yang tak mengenal Gunung Rinjani ? ya, gunung berapi tertinggi kedua setelah Gunung Kerinci di Sumatera. Gunung Rinjani berlokasi di Pulau Lombok, Nusa tenggara Barat, memiliki tinggi 3726 MDPL.
Hari pertama, Senin 16 Juli 2012
Dengan seorang sahabat yang memiliki darah asli Pulau Lombok, jam 09.00 WITA kami mulai packing, segala perlengkapan logistik dan konsumsi kami persiapkan untuk beberapa hari kedepan. Jam 12.00 WITA kami mulai berangkat dari kota Mataram, memasuki pintu gerbang Taman Nasional Gunung Rinjani, kami dihadapkan oleh hutan yang masih alami dengan beragam jenis flora dan fauna, jalan berliku yang sudah menjadi ciri khas perjalanan gunung menjadi kesenangan tersendiri bagi kami, sesekali matahari tertutup oleh awan yang membuat udara semakin dingin dari biasanya.
Tiga jam perjalanan dari kota Mataram, sampailah kami di Desa Sembalun, desa yang berada dibawah kaki Gunung Rinjani, desa yang sedikit polusi, desa yang penduduknya bergantung pada mata pencarian utama berupa pertanian dan desa yang penuh dengan mesjid berwarna-warni. Setelah menyelesaikan registrasi di Basecamp Sembalun, jam 16.00 WITA kami langsung melakukan pendakian dengan target ngecamp di pos 2, karena menurut narasumber di pos 2 terdapat mata air. Dua jam perjalanan sampailah kami di pos 2, pos ini lumayan besar dan kira-kira muat untuk 5-6 tenda. Setelah selesai mendirikan tenda kami segera memasak dan mengumpulkan kayu bakar untuk membuat api, suasana yang sunyi dan bintang yang bermilyaran diangkasa menemani kami malam itu hingga mulai terasa kantuk dan satu persatu mulai memasuki tenda.
Desa Sembalun, Desa yang Indah
Pos 2 Sembalun
Hari kedua, Selasa 17 Juli 2012
Keesokan harinya, kami pun dibuat takjub oleh puncak Gunung Rinjani yang sangat cerah, tak lama-lama kami langsung masak dan packing untuk melanjutkan pendakian dengan target Pelawangan Sembalun. Jam 08.30 WITA kami memulai pendakian dengan semangat yang membara karena didepan sudah menanti tanjakan yang memiliki nama “tujuh bukit penyesalan”. Setelah melewati pos 3 barulah kami di hadapkan dengan bukit yang awalnya cukup menanjak dan akhirnya pun semakin menanjak, sesekali berhenti di tengah perjalanan mengatur detak jantung dan saling sapa ketika berpapasan dengan turis mancanegara. Suasana semakin tak terasa ketika kabut mulai menyelimuti jalur pendakian, terik matahari yang tadinya menyengat hilang begitu saja, suhu yang tadinya panas berubah menjadi dingin, pemandangan yang tadinya menjadi teman ketika beristirahat kini sudah tertutup oleh kabut.
Jam 16.00 WITA kami tiba di Plawangan Sembalun, temenku berkata “Seharusnya dari sini kita dapat melihat Danau Segara Anak dan sebagian gunung baru jari”. Tapi sore itu Gunung Rinjani berkata lain, kabut yang dari awal menemani perjalanan kami lama kelamaan menjadi menyebalkan, yang tadinya kami bertekat mengejar sunset di Plawangan malah yang datang hanyalah kabut abadi. Setelah mendirikan tenda, kami langsung masak dan dilanjutkan dengan tidur cepat, karena besok pagi dini hari jam 02.00 WITA kami harus sudah berangkat agar sampai di puncak  Rinjani bersamaan dengan sunrise.
Puncak Rinjani dari Pos 2
Plawangan Sembalun
Porter Sembalun, tapi banyak maunya, haha
Indomaret ala Rinjani
Si Pencuri Logistik
Hari ketiga, Rabu 18 Juli 2012
Jam 02.00 WITA, waktu yang kami tunggu-tunggu saat itu, saat dimana kami harus melawan rasa malas ketika sudah berselimut sleepingbag, saat dimana suhu menunjukkan titik terdinginnya, saat dimana kami harus menyiapkan perbekalan, saat dimana badan terasa pegal-pegal, tetapi semua itu harus kami lawan dengan semangat yang membara lagi. Setelah perlengkapan di siapkan, kami memulai pendakian, jalan yang berdebu dan menanjak terjal mengharuskan kami memakai masker, mau tidak mau, mending sulit bernafas memakai masker daripada bernafas menghirup debu.
Jam 05.00 WITA suasana menuju puncak pun mulai terasa tak bersahabat, cuaca yang tadinya cerah sekarang menjadi mendung, bintang yang tadinya bermilyaran di angkasa kini hanya ada satu bahkan sesekali menghilang, suhu yang dingin menjadi lebih dingin lagi dari biasanya, namun puncak masih jauh dari pandangan mata. Beberapa pendaki mulai turun dengan mengingatkan kepada kami “Mas, diatas lagi badai, mending turun saja, saya juga nggk sampai puncak kok”. Mendengar kata-kata itu temen seperjuanganku dengan cepat mengambil kesimpulan “Ayo turun bro, klo kamu mau muncak aku tunggu d bawah saja”. Ya, memang cuaca mulai tidak bersahabat, yang tadinya anginnya biasa kini lumayan kencang, yang tadinya rintik embun kini menjadi tetes air yang lama kelamaan membasahi pakaian kami.
Sungguh pengambilan keputusan yang sangat sulit bagi saya, dengan jarak tempuh yang jauh dari Pulau Jawa menuju Pulau Lombok, awal pendakian yang berat dari pintu Sembalun melewati tujuh bukit penyesalan menuju camp terakhir di Plawangan sangatlah melekat dipikiranku saat itu, “Akankah aku mudah menyerah karena kata-kata orang tersebut ? bisa saja dia sudah mencapai puncak sebelum kami. Belum lagi puncak di depan mata, paling satu jam lagi aku bisa sampai, tapi apakah aku akan mendaki sampai puncak sendiri, disisi lain kawanku sudah menyerah dan memilih untuk turun ke basecamp terakhir..?”.
Dengan berat hati dan tanpa rasa ikhlas aku memilih untuk turun, kenapa aku berkata demikian ?. Bagaimana tidak kesal ketika memilih untuk turun ke bawah,  puncak yang tadinya kelabu dan bahkan menghilang sekarang berubah menjadi cerah, matahari pun seakan akan memberikan semangat “Ayo lanjutkan mencapai puncak anak muda, masak gitu aja udah nyerah, mana mental kalian..?”. Aaarggh, sungguh pilihan yang membingungkan, tetapi aku sudah bertekad memilih untuk turun, segala resiko sudah aku tanggung dengan memilih jalan itu. Mungkin lain kali aku bisa mencapai puncak rinjani, dengan suasana, kondisi, dan umur yang berbeda.
Jam 12.00 WITA kami melanjutkan perjalanan menuju Danau Segara Anak, perjalanan ini menghabiskan waktu 5 jam. Tepat jam 17.00 WITA kami sampai d camping area Danau Segara Anak, disini kami tak lagi berdua, tetapi bersama tiga orang pendaki dari Jakarta dan tiga orang pendaki dari Purwokerto. Suasana semakin ramai, yang semula hanya bercanda kecil sekarang menjadi besar, kamipun mendirikan tenda bersama, dan sebelum malam datang aku sempatkan untuk memancing, tetapi sore itu sepertinya ikan di danau sudah mulai kedinginan dan masuk ke persembunyiannya.
Untuk mendapatkan joran pancing dan umpannya sangatlah mudah, orang-orang asli Desa Sembalun yang sudah berhari-hari tinggal di Danau Segara Anak sangatlah ramah dan baik hati. Mereka meminjamkan kami joran dan memberi umpan, mengetahui kami tidak mendapatkan apa-apa malam itu mereka menawarkan ikan hasil pancingan mereka, kebanyakan ikan berjenis nila tetapi mereka menyebutnya “ikan Tin”. Dinamakan ikan Tin karena pada jaman pemerintahan Presiden Soeharto telah di lemparkan beribu-ribu bibit ikan dari helicopter. Kamipun tak habis pikir langsung menerima tawaran mereka, ikan bakar. Sambil bercerita kami berkenalan, rasa dingin yang sangat menusuk tulang terasa hangat ketika ditemani kopi dan menunggu ikan bakar dengan bumbu kebesaran yang mereka buat. 
Cuaca yang kurang bersahabat
Pelangi di Rinjani
Camping area
Hari keempat, Kamis 19 Juli 2012
Keesokan harinya aku bangun pagi sekali, jam 06.00 WITA. Tumben aku bangun sepagi itu digunung, biasanya aku terkenal paling malas bangun, apalagi kalau sudah tahu  cuaca mendung. Hari ini sungguh berbeda di Danau Segara Anak, meskipun cuaca mendung aku berniat bukan mencari sunrise tetapi aku berniat memancing. Kegagalan memancing semalam masih membuatku penasaran, kenapa yang lain bisa mendapatkan ikan tetapi aku tidak. Pagi ini aku harus bisa mendapatkan ikan, berbekal joran dari kayu yang lumayan panjang lengkap dengan pelampung, kail dan umpan pinjaman, aku sudah diberitahu oleh abang semalam bahwa tempat paling banyak ikannya disebelah timur danau. Bersama seorang teman dari Jakarta kami mulai melemparkan kail ke danau, dua jam memancing aku sudah cukup puas, kami mendapatkan 20 ekor ikan lebih, wah wah sepertinya akan pesta ikan hari ini.
Setelah puas memancing dan perut sudah terisi dengan ikan hasil pancingan, saatnya berendam di air panas. Jika kalian sudah sampai di Camping area Danau Segara Anak jangan sampai melewatkan pemandian air panas, jaraknya hanya beberapa meter untuk mencapai lokasi tersebut. Ada dua tempat pemandian yang satu airnya hangat dan satu lagi panasnya minta ampun. Disana kami berendam bersama bule, antrian yang banyak membuat kami sesekali berhenti berendam agar yang lain juga kebagian. Setelah berendam di air hangat badan yang semual pegal-pegal sudah tidak terasa lagi, Rinjani memang gunung yang special, memanjakan para pendakinya tetapi aku sakit hati padanya.
Puas memancing dan berendam di air panas, kami mulai packing lagi untuk melanjutkan perjalanan. Seharusnya kalau hanya satu atau dua hari di Danau tidaklah cukup, tetapi karena besok lusa (Sabtu, 21 juli 2012) sudah memasuki bulan puasa Ramadhan, mau tidak mau kami harus turun dari Rinjani. Jam 11.30 WITA kami mulai melanjutkan perjalanan, target kali ini adalah Plawangan Senaru. Lima jam perjalanan sampailah kami di Plawangan Senaru, pemandangan dari Plawangan Senaru lebih bagus daripada Plawangan Sembalun. Danau Segara Anak yang tadinya hanya terlihat sebagian, di Plawangan Senaru seluruh Danau terlihat dan lebih cantik dari yang sebelumnya. Tepat jam 17.30 WITA kami sampai di Plawangan Senaru, Gunung Agung yang tadinya tidak terlihat sudah nempak puncaknya diatas awan, seolah-olah dia memanggil kami untuk didaki.
 Menjelang malam suasana semakin indah, bintang yang tadinya menghilang kini datang kembali, perpaduan warna langit antara biru, orange, dan kuning sungguh menjadi keindahan tersendiri untuk menikmati ciptaan Sang Pencipta yang hanya ada d atas gunung. Danau yang tadinya tertutup oleh kabut juga menampakkan keindahannya, istana Dewi Anjani seungguh mempesona. Jika tempat tinggalnya sudah sebagus itu apalagi kecantikan ratunya sang Dewi Anjani yang berada di Danau Segara Anak. Wah rasanya aku ingin sekali bertemu dengannya tetapi tidak untuk selamanya.
Danau Segara Anak
Lokasi Pemancingan
Salah satu aktivitas yang aku suka :)
Mancing Mania, Mantaaaab
Bakar Ikan Hasil Pancingan
Pemandian Air Panas
Lokasi Camping Area
Hari Kelima, Jumat 20 Juli 2012
            Pagi itu setelah mengabadikan foto sunrise dan memasak, kami dikagetkan oleh angin badai yang tiba-tiba datang dan melemparkan semua barang kami ke jurang. Hasilnya matras dan beberapa daypack beterbangan, saat itu aku juga ikut kaget dengan terbangnya satu tenda kami, sedang tenda yang lain sudah tak sanggup berdiri. Beberapa frame patah dan sobekan pada flysheet akibat angin badai itu. Kami pun segera mempacking barang kami untuk mengantisipasi datangnya angin badai susulan. Jam 10.00 WITA kami langsung memutuskan untuk turun dan target mencapai Pintu Senaru. Tepat jam 17.00 WITA kami sampai di pintu senaru dengan kondisi badan yang lemas. Setelah lama istirahat, kami langsung mencalter angkot untuk menuju Mataram. Sungguh perasaan yang senang karena dapat kembali dengan selamat, tetapi disisi lain aku sakit hati karena tidak dapat mencapai puncak Rinjani.
Sebelum Pulang, Bersama Pendaki Bali
Sunset dari Plawangan Senaru
Sunset 2
Pintu Senaru, Alhamdulilah :)


Pulau Lombok yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat, sejak dulu sudah menarik perhatian wisatawan, baik mancanegara maupun wisatawan lokal. Tempat wisata yang di publikasikan di Lombok  oleh media cetak maupun media elektronik sudah cukup membuat siapa saja terpesona dengan keindahan alamnya. Ketika sampai di Lombok, tepatnya di pelabuhan Padang Bai, eksotisme pulau ini sudah mulai terasa. Jajaran tebing pada bukit-bukit yang berbatasan langsung dengan laut sungguh mempesona.
Salah satu tempat wisata yang sudah tak asing lagi yaitu Pantai Senggigi, pantai yang letaknya tak jauh dari kota Mataram ini memiliki keunikan tersendiri, ombak yang tenang membuat lokasi ini cocok untuk area bermain Kano, cukup dengan mengeluarkan uang 10.000 - 20.000 anda bisa bermain kano sepuasnya, bukan hanya kano, alat snorkling pun ditawarkan untuk menikmati indahnya bawah laut di pantai ini. lelah bermain kano, anda bisa memesan kelapa muda dan sate bulayak, sate khas lombok.
Menjelang sore hari, Pantai Senggigi semakin ramai dikunjungi, bukan hanya bermain kano dan snorkling tetapi untuk menikmati sunset. Banyak fotografer yang berdatangan untuk mengabadikan moment ketika berada di pantai ini. Sungguh pantai yang sangat menarik dengan keramahan penduduknya dan eksotisme alamnya yang menakjubkan.
Di bawah ini ada beberapa foto ketika saya berkunjung ke Pantai Senggigi , bersama seorang teman yang memiliki darah Lombok, kami pun berpetualang :D (*thanks for Rian Belo n Tila)

Arus yang tenang menjadi sahabat para pemain kano :)
Terik matahari seakan akan menjadi penyemangat :)
Ketika sunset, bermain kano lebih menyenangkan :)
#sunset 1
#sunset 2
#sunset 3
#sunset 4
-Pantai Senggigi, Pulau Lombok, Indonesia (13-07-2012)-
sunrise sumbing mt. 3371 mdpl
Malam yang mendung kawan, terkadang diikuti hujan rintik...!! Tapi tekad kami bertiga aku (Hendro), Jambi (Ryan) dan Bowil (Bowo) tak pernah semendung langit waktu malam itu. Kami berangkat dari Yogyakarta menuju Basecamp Gunung Sumbing (Kadus Garung, Desa Butuh, Kec.Kalikajar) dengan menggunakan motor, karena hanya memakan waktu 3 jam saja. Jam 7 malam Kami tiba di basecamp jalur Garung dan mulai melakukan Ishoma sambil menunggu teman kampus yang katanya juga mau ikutan naek tetapi masih dalam perjalanan menuju basecamp Garung... 

welcome to basecamp sumbing
Akhirnya jam 9 malam tanggal 23 Oktober 2009, Kami bersama teman kampus mulai bersiap untuk mendaki... suhu dingin dan angin yang kencang pun menemani perjalanan kami waktu itu...! Serta gelapnya malam tanpa ditemani oleh sang bulan yang tertutup awan. Tanjakan demi tanjakan kami jalani meskipun terasa berat dengan hembusan angin yang tiada hentinya., yah itulah sisi lain dari petualangan kami, menikmati kejamnya alam bebas dan berusaha menjadi sahabatnya. Dengan berangkat melalui jalur lama, tak terasa waktu pun menunjukkan jam 2 malam dan kami sampai juga di Pos 3 atau Pos PESTAN. Tenda pun segera didirikan dan ada kejadian aneh tapi lucu disini yang dialami oleh bradder Ryan...! haha..

gunung sindoro yang selalu mengawasi kami dari kejauhan
baru bangun nih coy, haha
Selanjutnya, di pagi yang lelah itu kamipun terbangun oleh kicauan burung yang terdengar disekitar tenda kita. matahari di pagi itu tak seperti yang kami harapkan, sesekali kabut turun menghampiri kami dan terang kembali terpecah oleh sang surya. Beberapa dari kami keluar dari tenda dan memastikan kelanjutan dari pendakian itu. saya dan bowil (bowo) melihat keindahan gunung sindoro, kemudian ryan keluar menyusul kami dan memulai bergabung menikmati indahnya ketinggian gunung. Berhubung tim lain masih mengantuk kami memutuskan untuk berangkat dulu untuk menyusul teman kami yang kebetulan saat itu naek duluan dan ngecamps di watu kotak.

tampak pasar watu sudah dekat
Jam 08.00 WIB kami memulai perjalanan. Setelah berjalan sekitar 2 jam dari Pos Pestan, tampak Pasar Watu terlihat dari pandangan kita yang sesekali tertutup oleh kabut sumbing... Semangat pun berkobar untuk melepas kelelahan yang kami tanggung selama mendaki..! Setelah sarapan pagi dan mengabadikan moment alias foto-foto, kami pun segera melanjutkan perjalanan. Kawasan ini disebut Pasar Watu karena di sepanjang jalan banyak sekali batu kecil dan besar. Kondisi jalanan dari Pasar Watu menuju Pos 4 (Watu Kotak) sudah lumayan ringan, hanya dengan mengintari batu atau tebing, maka terlihatlah Pos 4 (watu kotak). Disebut demikian karena bentuknya menyerupai kotak.

pasar watu, tapi gk ad yang jualan watu, haha
Dipos 4 waktu sudah menunjukkan jam 11 siang,kemudian Kami bertemu dengan 2 Orang pendaki yang telah mencapai puncak jam 4 pagi (mantab) mereka adalah Peyek Paimo (wahyu) dan Latief, teman kami yang berangkat duluan.. mendengar cerita sunrise dan pamer foto yang keren dari mereka, maka kami segera melanjutkan pendakian menuju puncak dengan semangat yang lebih membara dan berkobar-kobar.. Dari pos 4, perjalanan menuju puncak hanya sekitar 45 menit, tanpa basa-basi dan sedikit istirahat langsunglah tancap menuju puncak dengan kondisi kabut yang sangat tebal dan sedikit gerimis... Aroma belerang pun mulai merasuki paru-paru bercampur dengan oksigen yang kita hirup dengan hamparan sang bunga Abadi (eidelweiss)..!! Kemudian aku berteriak "Puncak Coy", rekan rekan sependakian pun segera bergegas untuk melihat puncak dari Gunung Sumbing.. Tampak batu besar berserakan di puncak gunung, yang terlihat begitu indah dan menakjubkan.

top of sumbing mt 3371 mdpl
top of sumbing mt 3371 mdpl
top of sumbing mt 3371 mdpl
Allahuakbar, untungnya sesekali matahari muncul untuk menghangatkan tubuh kita yang sudah lemas dan kedinginan.. ritual pun kami mulai (foto-foto dab) dengan pose sok kuat alias pasang tampang gembira, hahaha.... diarah timur terlihat Gunung Merbabu dan Gunung Merapi dengan Puncaknya yang sebagian badannya tertutup oleh awan. Kami tidak berlama-lama menikmati keindahan Gunung Sumbing. Perjalanan turun harus dituntut ekstra hati-hati. Dalam perjalanan turun kami bertemu dengan teman kami yang katanya akan menyusul, akhirnya karena cuaca kurang bersahabat mereka memutuskan untuk ngecamp kembali di watu kotak. Kurang-lebih empat jam perjalanan akhirnya kami tiba di pos pendakian Gunung Sumbing walupun sesekali terhadang oleh hujan.

perjalanan turun, bukan akhir dari pendakian :D


Wonosobo,23-24 Oktober 2009

Mulailah menulis satu kata, lalu satu kalimat, kemudian satu paragraf, selanjutnya satu halaman, sampai akhirnya menjadi satu buku…

Powered by Blogger.