Ass kawan..
Lama sudah nggk nulis buat blog untuk berbagi cerita... maklum petualangan sedikit berkurang akhir – akhir ini, hehe.. kali ini saya akan sedikit berbagi cerita tentang pendakian saya bersama teman saya ketika mendaki Gunung Sindoro 3153 MDPL. Saya bersama Adi melakukan pendakian berdua, seperti biasa rencana dadakan.. nggk ad niat naek, tiba2 ad rencana langsung berangkat,hehe....
Berangkat dari base camp Sindoro, perjalanan dimulai jam 19.00.. kami berangkat ber empat, dua orang lagi teman dari semarang yang kami kenal d base camp waktu isi buku tamu pendakian.. :D
Cuaca malam itu cerah, kami tiba d pos 3 jam 00.00 malam.. istirahat 1 jam kemudian melanjutkan perjalanan.. sekitar jam 02.00 cuaca berubah menjadi berkabut dan gerimis.. perasaan kecewa sudah ada karena diperkirakan sunrise nggk bakal dapet.. semakin kami naik, angin pun semakin kencang.. jam 05.00 kami tiba d puncak g.sindoro dan bertemu dengan rekan2 dari solo yang telah melakukan pendakina dari kemaren.. (untung masih ad kawan lagi,hahaha...)
Seperti perkiraan kami, matahari tertutup oleh awan.. tapi nampak G.Sumbing, G. Merbabu, G. Merapi dari puncak Sindoro.. mumpung cuaca sedikit mendukung, ya kami sempatkan untuk berfoto-foto dulu,hehehe...

ini dia fotonya kawan.. (pamer dulu,hahaha :D) 

Bersama Rombongan dari Solo
Puncak Sindoro
My Partner :)
Adeeemm :)
Kibarkan sang Saka :D
I am :)
Forester Indonesia

Itu lah kawan foto kita waktu berpetualang d Sindoro, sayang ketika perjalanan turun cuaca nggk bersahabat.. yang ada kabut ma hujan.. nggk ad foto waktu perjalanan turun deh :(

Wass kawan.. Salam lestari..
Sore itu begitu ramenya sekretariat Mapagama di Gelanggang UGM. Banyak tamu yang berkunjung untuk menjalin persahabatan sesama pencinta alam. Ada yang berasal dari Jawa Barat, Lombok, dll. kursi di depan sekret penuh dengan canda dan tawa sesama petualang. Tak lama kemudian saya di ajak untuk mendaki gunung Merapi saat itu juga langsung mulai packing alat dan beli konsumsi. Rencana untuk mendaki ber 3 (saya, ajies, wildan) malah bertemu dengan teman lain yang akan mendaki merapi malam itu juga (uba dan dani).
Berangkat dari sekret Mapagama kami memulai petualangan baru dengan sahabat baru yang akan menjadi partner dalam pendakian. Berangkat dari base camp selo sempat disambut dengan gerimis yang membuat kami sempat merasa bingung akan lanjut mendaki atau menunggu hingga cuaca bersahabat. Sekitar jam 22.30 kami memulai pendakian menuju pasar bubrah, yaitu tempat berbatu yang sering di gunakan untuk nge-camp para pendaki. Singkat cerita sampai di pasar bubrah waktu menunjukkan jam 02.00 dini hari... kami beristirahat setelah mendirikan tenda dan memasak untuk mengisi perut kami di kedinginan merapi malam itu. Kabut tebal sempat menemani kami beberapa saat. Kencangnya angin membuat kami tidak betah berada diluar tenda. Oya saya akan memperkenalakan para pendaki yang rela ngebut naek gunung dengan alasan pengen cepet-cepet tidur,hahahaha....
Nama : Wildan Ajah
Asal : Bima
Hobi : Terjun payung




Nama : Tzubsatun Azzizulhaq
Panggilan : Ajies Monroe
Asal : Mataram
Hobi : Panjat Tebing, Memasak
Nama : Hendro
Asal : Bondowoso
Hobi : Baca Buku, Mengaji
Nama : Dhani
Asal : Medan
Hobi : Melamun

Nama : Ilham Heiro
Panggilan : Uba
Hobi : Kencing di batu
inilah tampang para petualang muda
Drrrrrttt....drrrrttt... alarm berbunyi disalah satu hape dalam tenda.. tetapi tidak ada satu pun yang bangun dari tidurnya.. hangatnya sarung dan sleeping bag tak mampu kami lepas dari tubuh kita yang tak kuat menahan dinginnya pagi hari. Sesekali terdengar ringtone berbunyi sehingga membuat saya ingin rasanya memecahkan hape tersebut.. jam 08.00 kawan... tetapi cuaca diluar masih terlihat seperti jam 05.00.. tanpa basa-basi uba langsung melancarkan jurusnya.. KENTUT di dalam tenda.. gila bener dah, kami ber4 langsung keluar karena tak tahan dengan bau gas yang menyengat itu, belerang merapi pun lewaaat, hahahaha....
keadaan tenda yang terserang wabah gas beracun
Jam 09.00 kami tiba di puncak merapi, saya sempat kaget karena puncak garuda telah runtuh.. tak ada lagi icon merapi itu.. perasaan senang sekaligus sedih bercampur aduk.. tapi inilah hasil dari jerih payah kami.. tanpa basa-basi langsung bernarsis... mari kita lihat pak gan.. cekidot.. 
aksi alay di pucak  merapi
meski di puncak, kami pun ingin terbang
bagai burung tanpa sayap
aksi panjat tebing oleh ajies
uba pun ikut-ikutan,hahaha




-->
Sekian kawan cerita perjalanan kami di merapi.. lain kali kita sambung petualangan kita..
Thanks to : uba, dhani, wildan, ajies...


Selo, 19 - 20 Maret 2010
Mahameru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, setelah membaca novel 5 cm yang membuat saya kagum akan pesona keindahan dan mitos - mitosnya serta keunikannya yang di sebut - sebut sebagai “Puncak Para Dewa”. Rencana ini sudah sangat lama sekali di rancang jauh-jauh hari sejak menjadi Mahasiswa baru di Universitas Gadjah Mada. Tetapi berhubung Mahameru merupakan gunung yang tertinggi, saya memutuskan untuk memulai pendakian dari Gunung yang berada di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Pada tahun 2009 pun saya di tawarkan oleh senior MAPAGAMA kalau ada pendakian massal ke Gunung Semeru yang dilaksanakan oleh Mapala UI dalam rangka memperingati wafatnya tokoh Soe Hoek Gie. Sayang pendaftaran pesertanya sudah di tutup, karena saya telat mendengar info tersebut.
Semula rencana pendakian Mahameru ini akan dilaksanakan bersama teman-teman kampus. Tetapi berhubung sebagian ada yang mendengar kabar bahwa Semeru masih di tutup maka mereka memutuskan untuk mendaki Gunung Arjuno – Welirang. Kebetulan saya memiliki teman yang ayahnya bekerja di Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru.. dan info yang saya dapat bahwa pendakian hanya dibuka sampai di Kali Mati, yaitu camp terakhir menuju puncak “Jonggring Saloko” sebutan bagi puncak Mahameru.
Malam itu saya berangkat bersama teman kos yang juga Pecinta Alam (Zackie). Manajemen pun segera di buat dan segera mengumpulkan alat – alat yang akan kami bawa. Berangkat dari Jogja (Janti) kami naik bus MIRA jam 11 malam dengan tarif 36.000,- / orang menuju Surabaya. Sampai di Surabaya jam 6 Pagi diteruskan ke kota Malang dengan bus patas 15.000,- /orang. Dari stasiun Arjosari naek angkot Menuju Pasar tumpang 5000,-/ orang.
Perjalanan kami belum berhenti sampai disitu. Di Pasar Tumpang kami bertemu dengan pendaki asal Jakarta yang juga akan mendaki Mahameru. Disana kami berkumpul untuk naek jeep yang sudah disediakan untuk off road ke base camp Ranu Pane. Jeep tersebut akan berangkat dengan bayaran 450000,- maka karena kami harus menunggu beberapa pendaki lagi agar tanggungan biaya perorang lebih murah. Pada perjalanan dengan Jeep ini kami diberhentikan sejenak di Pos SPTN2 Semeru untuk melengkapi perijinan pendakian. (syarat : fotokopy KTP/KTM dengan surat keterangan sehat masing-masing rangkap 2). Perjalanan dari Pasar Tumpang jam 13.00 WIB sesampainya di camp Ranu Pane jam 15.00 WIB. Setelah melakukan perijinan ulang serta cek list barang bawaan, kami menjadi satu tim 2 orang + 9 orang (dr Jakarta) berangkat dengan target ngecamp di Ranu Kumbolo. Seperti biasa sebelum berangkat kami berdo’a sesuai agama masing-masing agar perjalan kami tidak mengalami rintangan dan hambatan.

jeep off road to semeru
Base Camp Ranu Pane
Dari Ranu Pane akan melewati 4 Pos untuk menuju Ranu Kumbolo dengan jarak tempuh sekitar 5-6 jam tergantung kondisi pendaki. Jam 21.00 kami tiba di Ranu Kumbolo dan langsung mendirikan dom serta masak untuk kepentingan perut,haha...
Sejenak teringat lagu Dewa 19 yang judulnya ‘Mahameru’.... mereguk nikmat coklat susu, manjalin persahabatan dalam hangatnya tenda. Ranu Kumbolo begitu indah dengan danaunya yang begitu mempesona.. banyak ikan-ikan yang berukuran sedang, apabila ke Ranu Kumbolo ada baiknya membawa pancing. Air di Ranu Kumbolo masih sangat segar dan dingin, tetapi sudah banyak sampah-sampah berserakan di pinggiran danau. Ada baiknya kita tidak mencemari karena begitu pentingnya air untuk kebutu
han kita.

Ranu kumbolo dari pos 4
Beautiful lake (Ranu Kumbolo)
Camp Ranu Kumbolo
Aksi masak - memasak
Kami berangkat sekitar pukul 10.00 WIB setelah melakukan pemanasan karena track yang akan di hadapi adalah Tanjakan Cinta yang konon kata orang apabila bisa melewati tanjakan ini dengan tidak berhenti menengok ke belakang, dia akan sukses dalam cintanya. Semangat saya pun membara mendengar mitos itu karena tidak ada salahnya untuk dicoba. Setelah melewati Tanjakan Cinta maka akan melewati padang rumput yang sangat luas yang disebut dengan Oro-oro Rombo. Tak kalah uniknya tempat ini dengan rumput-rumput dan bunga yang warnanya ungu. Sering bunga ini disebut-sebut sebagai bunga eidelweiss ungu yang tingginya bisa melebihi orang biasa.

Tanjakan Cinta dari Ranu Kumbolo
Menuju Tanjakan Cinta
Sang Eidelweiss Ungu ( Oro-Oro Rombo)
Padang Rumput Oro-oro Rombo
Setelah melewati Oro-oro Rombo maka akan melewati hutan yang katanya juga angker dan menyebabkan orang tersesat berjam-jam di hutan ini. 3 jam perjalanan sampailan di camp terakhir yaitu Kalimati. Dikalimati juga terdapat sumber air yang di sebut Sumber Mani, tapi tidak seluas di Ranu kumbolo, mengambil airnya pun membutuhkan waktu cukup lama karena bergantian dengan pendaki lainnya. Beberapa jam kami gunakan untuk beristirahat dan bercanda dengan beberapa pendaki yang juga istirahat untuk melakukan pendakian sebenarnya menuju puncak Mahameru.


Puncak Mahameru dari Kalimati
Pos Kalimati

Sang Mentari mulai terbenam di barat, api unggun pun dinyalakan untuk menghangatkan tubuh yang sudah kedinginan. Beberapa pendaki datang dan mulai bersapa dan berbagi cerita. Ini yang saya suka ketika mendaki gunung. Suasana persahabatan tampak ketika kita sedang berada di ketinggian, sungguh kagum mendengar cerita tentang pengalaman dari mereka yang sudah beberapa kali mendaki semeru, dari nge-Sar, pendakian pertama dan cerita-cerita mistis. Jam 23.00 semua pendaki mulai mempersiapkan apa yang akan mereka bawa untuk summit attack, tak lupa makan dulu sebelum memulai perjalanan. Dimulai dari kalimati ke arah timur , mulailah menyusuri hutan pinus yang dinamakan Arcopodo. jalan yang dilewati sangat sempit dan sangat susah dilalui sehingga perlu berhati-hati untuk melewatinya sampai tempat yang dinamakan Cemoro Tunggal.
Pendakian ke puncak Mahameru memang tidak hanya memerlukan fisik yang kuat, tetapi juga mental dan semangat yang tiada habis-habisnya. Sangat menguras tenaga, setiap 4 langkah kaki ini menginjak pasir maka akan turun 1 langkah. Tidak hanya itu, dinginnya pasir dimalam itu mampu membuat sobek sarung tangan saya dan membuat beku jari-jari. Angin kencang dan tipisnya oksigen di ketinggian membuat kami sesekali berhenti untuk menyesuaikan suhu tubuh dengan alam sekitar. Akhirnya jam 05.30 kami sampai di puncak Mahameru dan bertepatan dengan sunrise, puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah mengijinkan saya untuk mencapai puncak tertinggi ditanah Jawa ini, Puncak Para Dewa. Rasa gembira mengibarkan sang MERAH PUTIH dan Bendera MAPAGAMA di ketinggian ini adalah sesuatu yang sangat spesial bagi saya.

Sunrise di Puncak Para Dewa
Bersama Bendera Mapagama
Bersama sama mengibarkan sang Merah Putih
In Memoriam Soe Hoek Gie
Di In Memoriam Soe Hoek Gie
Setelah puas berfoto-foto kami pun langsung turun karena menurut cerita apabila sudah pukul 10.00 angin di semeru tidak dapat di prediksi sesuai himbauan TN Bromo-Tengger-Semeru yang sebenarnya hanya memperbolehkan pendakian sampai pos Kalimati. Mungkin angin yang membawa gas beracun dari kawah semeru dapat menjadi penyebabnya. Perjalanan turun pun dilewati begitu cepat, hanya 30 menit sangat berbeda dengan semalam yang membutuhkan waktu berjam-jam. Dari Kalimati langsung menuju base camp Ranu Pane untuk melanjutkan perjalan pulang menuju Jogja.



Ranu Pane, 12 - 15 Mei 2010

Awalnya rencana untuk pergi ke gunung merbabu adalah bersama teman-teman kampus yang waktu itu sedang liburan 3 hari. Ini merupakan pendakian pertamaku semenjak lulus SMA dan melanjutkan perkuliahan. Segala persiapan sudah aku lakukan dengan matang, maklum lah masih pemula semua barang dibeli, padahal nggk penting, hahahaha.... tapi entah kenapa tiba-tiba badanku meriang, seperti akan demam.. akhirnya tanpa aku, teman kampusku beserta yang lainnya melanjutkan mendaki gunung merbabu. Akhirnya aku tergoda oleh foto-foto temenku yang suka pamer.. aku pikir merbabu memang gunung yang sengat bagus karena bersebelahan dengan gunung merapi.. yang waktu itu terkenal akan letusannya.. semangat pun berkobar untuk mendaki gunung merbabu...! tetapi aku bingung mau mengajak siapa, karena teman yang lain sudah mendaki ketika aku sakit...
Apa boleh buat dari pada malu sama teman teman yang pernah mendaki maka aku mengajak temen kost (niko) untuk mendaki merbabu, kebetulan dia suka mendaki gunung dan sekarang satu organisasi mapala di UGM. Saat malam waktu mau pemberangkatan eh..malah tinggal maen ga ada persiapan sama sekali sedikitpun.. urusanya nekad besok berangkat gitu aja,haha..... Pagi buta jam 06.00 kami ber 2 berangkat dari jogja menuju basecamp merbabu yang letaknya ada di kopeng. Untung saja niko sudah pernah mendaki merbabu, jadinya sudah hafal lokasi basecamp.. sebelum sampai di muntilan mampir dirumah mbahnya si niko dan beruntung kita di tambahin bekal makanan seperti, sate, kacang, kue, wah banyak deh.. jadi mirip orang pulang kondangan,hahaha...
Jam 9 pagi tiba di kopeng dan tak lupa sarapan pagi dulu di warung, sekalian bungkus buat bekal nanti, tambah beban lagi.... sepertinya pendakian pertama tak bisa dilupakan, dengan membawa makanan sebanyak-banyaknya mungkin takut mati kelaparan digunung,hahaha... jam 10 sampai di basecamp dan langsung mendaki melalui jalur kopeng, diladang penduduk terasa banget tanjakannya, udah belum pemanasan, nafas ngos-ngosan... disalip penduduk setempat yg udah kakek-kakek, duh lambat banget deh jalan kita... bentar-bentar minum, maklumlah cuaca waktu itu terik sekali matahari bersinar..
Sesampai di pos 2 kita ishoma dan mengisi botol air yang kosong sekalian, nah disinilah petualangan seru yang aku kagum-kagumkan ketika mendaki gunung.... kabut turun dengan tebalnya, udara dingin mulai merasuki tubuh,yang tadinya terasa gerah dan panas... bingung mencari jalan untuk mendaki pun terjadi,karena tebalnya kabut, tapi akhirnya berhasil juga ditemukan,hahaha... tak tersa waktu sudah jam 4 sore, perjalan pertamaku memakan waktu banyak istirahat, 5 menit naik, 10 menit berhenti,haha.... dan setelah hampir sampai di pos 3 tak terasa awan sudah berada di bawah kita.. bagaikan sedang berada dinegeri atas awan(lebay mode on), selain gunung sindoro dan gunung sumbing yang terlihat puncaknya.
Jam 5 sore kita langsung mendirikan tenda dan sempat bertemu dengan temen-temen jurasipala (kalo nggk salah namanya,cz udah lupa,hehe).. kami pun mendirikan tenda bersama,dan tanpa sadar sunset hampir habis, aku pun berlari menuju tempat yang keren untuk berfoto-foto. Dan inilah hasilnya,haha...

Malam pun tiba, bulan bersinar dengan terangnya bagaikan matahari di malan hari, sempat kami nikmati keindahan kota magelang dari atas gunung, terlihat lampu-lampu kecil yang berjalan dan itulah motor,haha... tak lama pun kami segera masuk ke dalam tenda karena angin kencang dan suasana yang semakin dingin. Paginya jam 4 aku terbangun oleh ulah teman2 jurasipala yang membawa mp3 dan lagunya pun dangdutan,asoy... aku bangunkan si niko lalu kami membuat api unggun untuk menghangatkan tubuh kita.. jam 5 pagi tenda sudah di packing,karena pertama kalinya mendaki,jadi ingin lihat sunrise.... naik lah lagi kita sampai di Pos 4 atau tower..! dari atas sini terlihat sunrise yang sungguh keren dan tampak gunung lawu di arah timur..! setelah makan pagi dan minum secangkir susu,wah,mantab rasanya dingin-dingin minum susu panas,haha... setelah itu kami langsung melanjutkan perjalanan karena penasaran dengan yang namanya “jembatan setan” yang konon katanya jalannya sempit, kanan dan kiri jurang, jika ada angin kencang maka bisa jatuh ke jurang, banyak pendaki yang jatuh dan hilang disini, serta mimpi temanku yang di datangin oleh nenek-nenek pada saat tidur, nenek itu menyuruh dia untuk turun dan jangan melanjutkan perjalanan lagi, kalau tidak ada yang meninggal salah satu,dan yang diperlihatkan yang meninggal itu adalah dia sendiri dengan dipandu oleh kedua temannya, mungkin karena mereka naik hanya bertiga (ganjil).... sereeeeem, tapi hal itu membuat adrenalinku meningkat serta berpacu dengan semangat ingin mencapai puncak kenteng songo (3142mdpl). Sampai di watu tulis ada percabangan antara puncak kenteng songo dan puncak kedua gunung merbabu, yaitu puncak syarif.. jalan menuju puncak kenteng songo sangatlah rumit,sesekali melintir bukit dan dibawanya jurang, jalanan yang berdebu, kencangnya angin, tapi puncak sebentar lagi kawan....
Huh,hah,huh,hah,huh,hah, nafas kami seakan akan tak 
sanggup menghirup oksigen lagi, terik matahari yang
menyengat kulit kami dan sampailah di puncak kenteng songo. Kamipun tertawa riang gembira, tapi kok niko tertawa terus..? aku pun bingung, aku kira dia kerasukan jin merbabu yang katanya temen-temen gunung merbabu itu angker dan kalo naik harus genap nggk boleh ganjil, karena gunugn merbabu dan merapi jumlahnya genap. Setelah aku tanya ternyata di tertawa karena gigiku sudah coklat, karena selama perjalanan menghirup udara melalui mulut dan yang masuk tidak hanya oksigen, tetapi debu juga menempel di gigi,hahaha... tak apalah, yang penting pengalaman pertama pendakian gunung mencapai puncaknya... Alhamdulilah, gunung merapi memancarkan asapnya dengan indahnya, sang lawu terbentang dengan di sebelah barat terlihat sang triple S ( Sindoro, Sumbing, Slamet ). Betapa leganya jiwa dan raga selama perjuangan menggapai puncak dengan susah payah, tetapi semua itu terbayar dengan keindahan yang tiada tandingannya... ayo kawan raihlah puncak merbabu buat bradder-bradder yang belum mendaki...!
Jam 11 kami turun dari puncak kenteng songo dan menuju puncak syarif, tanggung sekalian naik ke puncak syarif sajalah mumpung masih ada di merbabu,haha... dilanjutkan dengan perjalanan turun menuju basecamp, lagi lagi kami tersesat saat akan tiba diladang penduduk, karena mengambil jalur kiri maka jalannya semakin jauh dari basecamp.... jam 15.00 tiba di basecamp dan langsung pulang menuju jogja... sampai jumpa Merbabu Mount, lain kali kita bertemu kembali.... kau gunung pertama pendakianku,takkan ku lupakan kenangan saat kita bersama dalam terang dan gelap.. terimakasih atas pengalaman dan pelajaran yang kau berikan dari kami...
Kopeng, 19 – 20 juli 2008
Gunung lawu terletak di perbatasan antara jawa tengah dan jawa timur. Gunung ini memiliki tinggi 3265 MDPL dan terdapat dua jalur pendakian yang terletak di desa tawang mangu. Jalur pertama bernama Cemoro Kandang yang terletak di provinsi Jawa Tengah dan Jalur Cemoro Sewu yang berada di provinsi Jawa Timur. Berawal dari liburan Idul Adha pada tahun 2008, akhirnya pada tanggal 7-8 Desember berangkatlah aku, Niko, Candra, dan Maz Iqbal dari Yogyakarta yang sebelumnya berkumpul di kos Niko. Pada awalnya yang akan ikut mendaki ada 6 orang, tetapi karena beberapa halangan hanya 4 orang saja yang berangkat.

Dari jogja jam 08.00 pagi kita menuju stasiun Lempuyangan dan naek kereta menuju solo. Dari Solo kita naek bis jurusan Tawang Mangu. Kemudian kita naek mobil khusus untuk menuju basacamp Cemoro Kandang. Di cemoro kandang waktu sudah jam 16.00, setelah mempersiapkan diri dan beristirahat sejenak serta makan malam kami pun memulai pendakian dengan beberapa teman pendaki lain yang telah berangkat dahulu. Cuaca waktu itu di basecamp berkabut, sehingga kamipun merasa was-was untuk mendaki karena cuaca yang kurang bersahabat.

Sikaaaaat, kata salah satu teman kami...! semangat pun terasa untuk mencapai puncak gunung Lawu yang katanya terdapat tugu di puncaknya.. 1 jam berjalan 2 jam berjalan sampailah di pos ! dengan nama taman sari bawah dengan ketinggian 2300 MDPL. Karena awal pendakian tubuh kami terasa lelah, tenggorokan pun terasa haus dan sedikit demi sedikit air pun kami teguk untuk melepaskan dahaga. Menuju pos 2 atau taman sari atas dengan ketinggian 2470 Mdpl yaitu sekitar 1 jam lebih. Suhu malam terasa lebih dingin dengan kegelapan malam tanpa sang rembulan.
Akhirnya kami mengeluarkan senter masing-masing dan aku terdiam sesekali terdengar suara gemuruh di atas kita yang aku khawatirkan akan terjadi badai malam itu. Beberapa menit kemudian ada beberapa pendaki yang turun dan aku bertanya apakah hujan atau tidak di atas karena mereka menggunakan ponco disaat turun. Mereka menjawab “nggk mas, diatas nggk hujan kok”. Jawaban itu membuat kami tenang dalam melakukan pendakian. Sesekali tawa terdengar dari maz iqbal dan niko yang bercanda agar tidak lelah dalam melakukan pendakian. Tak lupa juga perjalan kami yang di iringi dengan takbiran karena malam itu adalah malam idul Adha.

Beberapa jam berjalan, tibalah kami di pos 3 dengan nama Penggik ketinggian 2780 Mdpl sekitar jam 21.00. keadaan pos disini sudah rusak parah, berbeda dengan pos 1 dan pos 2 yang kondisinya masih lebih baik. Akhirnya kami sepakat untuk istirahat dan membuat api. Kekonyolan pun terjadi disini, begini ceritanya... kayu bakar telah terkumpul, korek telah siap, tapi bahan bakar yang digunakan bukan minyak tanah melainkan bensin, hehehe.. kami melakukan itu karean tidak ada yang menjual minyak tanah di tawang mangu. Sesekali api berkobar besar saat disiram dengan bensin dan cepat juga matinya,hahaha.... tak apalah, yang penting tubuh terasa hangat walau hanya sekejap.
Jam 11 malam kami tiba di pos 4, di pos ini cukup luas bagaikan ladang ilalang,terdapat pos lindung yang masih bagus, saat di pos 4 terdengar suara gaduh di dalam pos,karena gelapnya kamipun tak berani untuk mendekat.. dan setelah kami pangggil,ternyata ada dua pendaki yang istirahat hanya menggunakan sleepingbag. Dari pos 4 puncak sudah kelihatan dalam jarak tempuh 1 jam maka akan sampai di persimpangan menuju puncak (hargo dumilah) dan hargo dalem (tempat mbok iyem). Setelah berputar-putar kami tak juga menemukan rumah mbok iyem yang kata penjaga basecamp dapat membeli mie atau nasi pecel seharga 4000 saja...!! hmmmm,mantab tuh... setengah jam berputar-putar di hargo dalem akhirnya ketemu juga rumah mbok iyem, sekeliling rumahnya terbuat dari batu, di dalamnya banyak pendaki sedang istirahat dan kamipun bergabung dengan mereka.
Target sunrise akan kami lakukan, tetapi lagi-lagi malez untuk bangun kaarena lelahnya dan dinginnya suhu di ketinggian 3000an ini.. jam 06.30 kami keluar di depan mbok iyem untuk melihat pemandangan sekitar dan menghangatkan diri kami dari kedinginan.
kami muncak sekitar jam 07.00 dan matahari telah tinggi bersinar dengan cerahnya.. tak lupa juga kita memasak dipuncak dan mengabadikan moment puncak gunung lawu..

Tak lama-lama menikmati keindahan,kabut pun mulai naik dan kami segera melanjutkan turun lewat jalur cemoro sewu, jalur di cemoro sewu sudah tak alami lagi, karena sudah ada tangga berupa batu yang dibuat oleh penduduk sekitar.. jalur ini lebih cepat jika dibandingkan dengan jalur cemoro kandang. Turun menuju basecamp memakan waktu sekitar 3-4 jam, jam 12 kami sampai di basecamp cemoro sewu, Mampir di Masjid untuk sholat dan bersih bersih diri yang lokasinya di perjalanan turun agak bawah kearah tawangmangu.. ketika sedang baca tulisan “HP mohon dimatikan”, SMS secara berondongan masuk… hahaha...!!





Tawang Mangu 7-8 Desember 2008

Mulailah menulis satu kata, lalu satu kalimat, kemudian satu paragraf, selanjutnya satu halaman, sampai akhirnya menjadi satu buku…

Powered by Blogger.