Gunung Slamet.. yaa... Tak asing rasanya mendengar nama ini. Gunung yang berada di Jawa tengah, tepatnya di Purwokerto, Purbalingga, Brebes dan Banjarnegara. Gunung Slamet memiliki ketinggian 3.432 MDPL ini merupakan Gunung Tertinggi di Jawa tengah dan Gunung berapi tertinggi kedua di Pulau Jawa Setelah Gunung Semeru. Gunung Slamet ini mempunyai sejarah yang sangat dalam bagi anggota Mapagama.. peristiwa kecelakaan pendakian yang terjadi beberapa tahun silam, yang mengakibatkan beberapa anggota Mapagama meninggal dunia d Gunung ini.


G.Slamet 3.432 MDPL
Pendakian kali ini bertujuan untuk mengganti plakat atau yang lebih dikenal dengan in-memoriam atas musibah yang terjadi pada pendaki di gunung. Beberapa bulan yang lalu kami mendapat kabar dari media bahwa gunung slamet mulai aktif dan menyebabkan perlebaran kawah sehingga memoriam yang dahulunya di tempatkan pada bibir puncak kawah hilanglah sudah. Info lain juga kami dapatkan dari beberapa teman yang sudah mendaki g.slamet bahwa plakat yang ada d sekitaran puncak telah hilang akibat longsor..
Ide ini berawal dari senior-senior yang waktu itu turut serta dalam pendakian wajib calon anggota muda Mapagama tahun 2001 angkatan Bhezet dan mengalami musibah yang tidak diinginkan.


TIm berangkan dari Sekretariat Mapagam
Berangkat dari akuarium Mapagama d gelanggang UGM dengan membawa plakat yang beratnya ± 10 kg. Dari Yogyakarta langsung menuju Purwokerto dan dilanjutkan ke base camp Bambangan. Besok harinya pendakian kami mulai.. dengan tambahan anggota 1 orang (bang ma’fi anggota UPL Unsoed) yang sudah berpengalaman mendaki G.slamet. Dari mapagama yaitu Mas Agus (Bhezet), Mas Tulus (Bhezet), Mbk Uun (Balac Lava), Ibenk (Gobas), Pandu (Lamalera XI), Fahmi (Lamalera XI), Hendro (Lamalera XI), Sigar (Lamalera XI), Yasser (Lamalera XI), Laras (Lamalera XI) dan Aries (Lamalera XI). Dan kami menamai pendakian ini dengan Tim Ziarah Slamet. 
Dari base camp menuju pos 1 cuaca yang cerah berubah menjadi hujan.. Anggota tim d pos 1 sempat ada yang masuk angin, dan mendapatkan perawatan selayaknya (kerokan, red), haha..
Setelah cuaca cukup membaik dan stamina sudah kembali lagi, kami berangkat menuju pos 5 yang katanya terdapat shelter dan cukup baik untuk berteduh. Keesokan harinya dari pos 5 kami langsung targetkan menuju puncak bambangan dan membuat plakat dsana. Tetapi alam bertindak lain.. sesampainya d perbatasan vegetasi, hujan rintik dan kabut yang lumayan tebal turut mendampingi kami selama terjalanan, tiba-tiba angin berubah menjadi kencang.. dan tim memutuskan untuk kembali ke pos 7. Istirahat dan evaluasi serta briefing dilakukan untuk mengantisipasi hal2 yang tidak terduga lagi. Akhirnya kami sepakat akan melanjutkannya keesokan harinya..
Malam yang aneh, dari pos 7 bau belerang terasa menyengat, sampai pagi pun matahari tak kunjung muncul juga.. setelah makan pagi, tim bersiap berangkat dengan bekal yang sudah ditentukan. Sesampai di puncak Bambangan, angin begitu kencang, kabut pun tak kunjung hilang.. terus bersama kami di ketinggian gunung Slamet. Plakat segera di dirikan, semua tim bekerja dengan tugas masing-masing..

Pembuatan Plakat Di Puncak Bambangan
Do'a Bersama Di Puncak
Dokumentasi Slamet
Plakat Mapagama
Do'a bersama
Beberapa jam selesai sudah, segera menuju pos 7 untuk bersiap packing dan langsung turun menuju base camp. perjalanan turun berteman hujan yang membuat jalan semakin licin, jatuh bangun jatuh sudah biasa.. diiringi ketawa kecil dan cekekan saling mengejek.. tapi semua itu tak bisa dilupakan. jam 5 sore sampai d base camp lalu bersih bersih diri dan langsung menuju sekretarian UPL Unsoed sebelum menuju Jogja jam 2 pagi..

Perjalanan Turun
Sekian cerita perjalanan yang saya alami bersama saudara-saudara Mapagama, semoga cerita ini bermanfaat bagi teman-teman yang sempat membacanya.. salam.

Mulailah menulis satu kata, lalu satu kalimat, kemudian satu paragraf, selanjutnya satu halaman, sampai akhirnya menjadi satu buku…

Powered by Blogger.