Sore itu begitu ramenya sekretariat Mapagama di Gelanggang UGM. Banyak tamu yang berkunjung untuk menjalin persahabatan sesama pencinta alam. Ada yang berasal dari Jawa Barat, Lombok, dll. kursi di depan sekret penuh dengan canda dan tawa sesama petualang. Tak lama kemudian saya di ajak untuk mendaki gunung Merapi saat itu juga langsung mulai packing alat dan beli konsumsi. Rencana untuk mendaki ber 3 (saya, ajies, wildan) malah bertemu dengan teman lain yang akan mendaki merapi malam itu juga (uba dan dani).
Berangkat dari sekret Mapagama kami memulai petualangan baru dengan sahabat baru yang akan menjadi partner dalam pendakian. Berangkat dari base camp selo sempat disambut dengan gerimis yang membuat kami sempat merasa bingung akan lanjut mendaki atau menunggu hingga cuaca bersahabat. Sekitar jam 22.30 kami memulai pendakian menuju pasar bubrah, yaitu tempat berbatu yang sering di gunakan untuk nge-camp para pendaki. Singkat cerita sampai di pasar bubrah waktu menunjukkan jam 02.00 dini hari... kami beristirahat setelah mendirikan tenda dan memasak untuk mengisi perut kami di kedinginan merapi malam itu. Kabut tebal sempat menemani kami beberapa saat. Kencangnya angin membuat kami tidak betah berada diluar tenda. Oya saya akan memperkenalakan para pendaki yang rela ngebut naek gunung dengan alasan pengen cepet-cepet tidur,hahahaha....
Nama : Wildan Ajah
Asal : Bima
Hobi : Terjun payung




Nama : Tzubsatun Azzizulhaq
Panggilan : Ajies Monroe
Asal : Mataram
Hobi : Panjat Tebing, Memasak
Nama : Hendro
Asal : Bondowoso
Hobi : Baca Buku, Mengaji
Nama : Dhani
Asal : Medan
Hobi : Melamun

Nama : Ilham Heiro
Panggilan : Uba
Hobi : Kencing di batu
inilah tampang para petualang muda
Drrrrrttt....drrrrttt... alarm berbunyi disalah satu hape dalam tenda.. tetapi tidak ada satu pun yang bangun dari tidurnya.. hangatnya sarung dan sleeping bag tak mampu kami lepas dari tubuh kita yang tak kuat menahan dinginnya pagi hari. Sesekali terdengar ringtone berbunyi sehingga membuat saya ingin rasanya memecahkan hape tersebut.. jam 08.00 kawan... tetapi cuaca diluar masih terlihat seperti jam 05.00.. tanpa basa-basi uba langsung melancarkan jurusnya.. KENTUT di dalam tenda.. gila bener dah, kami ber4 langsung keluar karena tak tahan dengan bau gas yang menyengat itu, belerang merapi pun lewaaat, hahahaha....
keadaan tenda yang terserang wabah gas beracun
Jam 09.00 kami tiba di puncak merapi, saya sempat kaget karena puncak garuda telah runtuh.. tak ada lagi icon merapi itu.. perasaan senang sekaligus sedih bercampur aduk.. tapi inilah hasil dari jerih payah kami.. tanpa basa-basi langsung bernarsis... mari kita lihat pak gan.. cekidot.. 
aksi alay di pucak  merapi
meski di puncak, kami pun ingin terbang
bagai burung tanpa sayap
aksi panjat tebing oleh ajies
uba pun ikut-ikutan,hahaha




-->
Sekian kawan cerita perjalanan kami di merapi.. lain kali kita sambung petualangan kita..
Thanks to : uba, dhani, wildan, ajies...


Selo, 19 - 20 Maret 2010
Mahameru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, setelah membaca novel 5 cm yang membuat saya kagum akan pesona keindahan dan mitos - mitosnya serta keunikannya yang di sebut - sebut sebagai “Puncak Para Dewa”. Rencana ini sudah sangat lama sekali di rancang jauh-jauh hari sejak menjadi Mahasiswa baru di Universitas Gadjah Mada. Tetapi berhubung Mahameru merupakan gunung yang tertinggi, saya memutuskan untuk memulai pendakian dari Gunung yang berada di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Pada tahun 2009 pun saya di tawarkan oleh senior MAPAGAMA kalau ada pendakian massal ke Gunung Semeru yang dilaksanakan oleh Mapala UI dalam rangka memperingati wafatnya tokoh Soe Hoek Gie. Sayang pendaftaran pesertanya sudah di tutup, karena saya telat mendengar info tersebut.
Semula rencana pendakian Mahameru ini akan dilaksanakan bersama teman-teman kampus. Tetapi berhubung sebagian ada yang mendengar kabar bahwa Semeru masih di tutup maka mereka memutuskan untuk mendaki Gunung Arjuno – Welirang. Kebetulan saya memiliki teman yang ayahnya bekerja di Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru.. dan info yang saya dapat bahwa pendakian hanya dibuka sampai di Kali Mati, yaitu camp terakhir menuju puncak “Jonggring Saloko” sebutan bagi puncak Mahameru.
Malam itu saya berangkat bersama teman kos yang juga Pecinta Alam (Zackie). Manajemen pun segera di buat dan segera mengumpulkan alat – alat yang akan kami bawa. Berangkat dari Jogja (Janti) kami naik bus MIRA jam 11 malam dengan tarif 36.000,- / orang menuju Surabaya. Sampai di Surabaya jam 6 Pagi diteruskan ke kota Malang dengan bus patas 15.000,- /orang. Dari stasiun Arjosari naek angkot Menuju Pasar tumpang 5000,-/ orang.
Perjalanan kami belum berhenti sampai disitu. Di Pasar Tumpang kami bertemu dengan pendaki asal Jakarta yang juga akan mendaki Mahameru. Disana kami berkumpul untuk naek jeep yang sudah disediakan untuk off road ke base camp Ranu Pane. Jeep tersebut akan berangkat dengan bayaran 450000,- maka karena kami harus menunggu beberapa pendaki lagi agar tanggungan biaya perorang lebih murah. Pada perjalanan dengan Jeep ini kami diberhentikan sejenak di Pos SPTN2 Semeru untuk melengkapi perijinan pendakian. (syarat : fotokopy KTP/KTM dengan surat keterangan sehat masing-masing rangkap 2). Perjalanan dari Pasar Tumpang jam 13.00 WIB sesampainya di camp Ranu Pane jam 15.00 WIB. Setelah melakukan perijinan ulang serta cek list barang bawaan, kami menjadi satu tim 2 orang + 9 orang (dr Jakarta) berangkat dengan target ngecamp di Ranu Kumbolo. Seperti biasa sebelum berangkat kami berdo’a sesuai agama masing-masing agar perjalan kami tidak mengalami rintangan dan hambatan.

jeep off road to semeru
Base Camp Ranu Pane
Dari Ranu Pane akan melewati 4 Pos untuk menuju Ranu Kumbolo dengan jarak tempuh sekitar 5-6 jam tergantung kondisi pendaki. Jam 21.00 kami tiba di Ranu Kumbolo dan langsung mendirikan dom serta masak untuk kepentingan perut,haha...
Sejenak teringat lagu Dewa 19 yang judulnya ‘Mahameru’.... mereguk nikmat coklat susu, manjalin persahabatan dalam hangatnya tenda. Ranu Kumbolo begitu indah dengan danaunya yang begitu mempesona.. banyak ikan-ikan yang berukuran sedang, apabila ke Ranu Kumbolo ada baiknya membawa pancing. Air di Ranu Kumbolo masih sangat segar dan dingin, tetapi sudah banyak sampah-sampah berserakan di pinggiran danau. Ada baiknya kita tidak mencemari karena begitu pentingnya air untuk kebutu
han kita.

Ranu kumbolo dari pos 4
Beautiful lake (Ranu Kumbolo)
Camp Ranu Kumbolo
Aksi masak - memasak
Kami berangkat sekitar pukul 10.00 WIB setelah melakukan pemanasan karena track yang akan di hadapi adalah Tanjakan Cinta yang konon kata orang apabila bisa melewati tanjakan ini dengan tidak berhenti menengok ke belakang, dia akan sukses dalam cintanya. Semangat saya pun membara mendengar mitos itu karena tidak ada salahnya untuk dicoba. Setelah melewati Tanjakan Cinta maka akan melewati padang rumput yang sangat luas yang disebut dengan Oro-oro Rombo. Tak kalah uniknya tempat ini dengan rumput-rumput dan bunga yang warnanya ungu. Sering bunga ini disebut-sebut sebagai bunga eidelweiss ungu yang tingginya bisa melebihi orang biasa.

Tanjakan Cinta dari Ranu Kumbolo
Menuju Tanjakan Cinta
Sang Eidelweiss Ungu ( Oro-Oro Rombo)
Padang Rumput Oro-oro Rombo
Setelah melewati Oro-oro Rombo maka akan melewati hutan yang katanya juga angker dan menyebabkan orang tersesat berjam-jam di hutan ini. 3 jam perjalanan sampailan di camp terakhir yaitu Kalimati. Dikalimati juga terdapat sumber air yang di sebut Sumber Mani, tapi tidak seluas di Ranu kumbolo, mengambil airnya pun membutuhkan waktu cukup lama karena bergantian dengan pendaki lainnya. Beberapa jam kami gunakan untuk beristirahat dan bercanda dengan beberapa pendaki yang juga istirahat untuk melakukan pendakian sebenarnya menuju puncak Mahameru.


Puncak Mahameru dari Kalimati
Pos Kalimati

Sang Mentari mulai terbenam di barat, api unggun pun dinyalakan untuk menghangatkan tubuh yang sudah kedinginan. Beberapa pendaki datang dan mulai bersapa dan berbagi cerita. Ini yang saya suka ketika mendaki gunung. Suasana persahabatan tampak ketika kita sedang berada di ketinggian, sungguh kagum mendengar cerita tentang pengalaman dari mereka yang sudah beberapa kali mendaki semeru, dari nge-Sar, pendakian pertama dan cerita-cerita mistis. Jam 23.00 semua pendaki mulai mempersiapkan apa yang akan mereka bawa untuk summit attack, tak lupa makan dulu sebelum memulai perjalanan. Dimulai dari kalimati ke arah timur , mulailah menyusuri hutan pinus yang dinamakan Arcopodo. jalan yang dilewati sangat sempit dan sangat susah dilalui sehingga perlu berhati-hati untuk melewatinya sampai tempat yang dinamakan Cemoro Tunggal.
Pendakian ke puncak Mahameru memang tidak hanya memerlukan fisik yang kuat, tetapi juga mental dan semangat yang tiada habis-habisnya. Sangat menguras tenaga, setiap 4 langkah kaki ini menginjak pasir maka akan turun 1 langkah. Tidak hanya itu, dinginnya pasir dimalam itu mampu membuat sobek sarung tangan saya dan membuat beku jari-jari. Angin kencang dan tipisnya oksigen di ketinggian membuat kami sesekali berhenti untuk menyesuaikan suhu tubuh dengan alam sekitar. Akhirnya jam 05.30 kami sampai di puncak Mahameru dan bertepatan dengan sunrise, puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah mengijinkan saya untuk mencapai puncak tertinggi ditanah Jawa ini, Puncak Para Dewa. Rasa gembira mengibarkan sang MERAH PUTIH dan Bendera MAPAGAMA di ketinggian ini adalah sesuatu yang sangat spesial bagi saya.

Sunrise di Puncak Para Dewa
Bersama Bendera Mapagama
Bersama sama mengibarkan sang Merah Putih
In Memoriam Soe Hoek Gie
Di In Memoriam Soe Hoek Gie
Setelah puas berfoto-foto kami pun langsung turun karena menurut cerita apabila sudah pukul 10.00 angin di semeru tidak dapat di prediksi sesuai himbauan TN Bromo-Tengger-Semeru yang sebenarnya hanya memperbolehkan pendakian sampai pos Kalimati. Mungkin angin yang membawa gas beracun dari kawah semeru dapat menjadi penyebabnya. Perjalanan turun pun dilewati begitu cepat, hanya 30 menit sangat berbeda dengan semalam yang membutuhkan waktu berjam-jam. Dari Kalimati langsung menuju base camp Ranu Pane untuk melanjutkan perjalan pulang menuju Jogja.



Ranu Pane, 12 - 15 Mei 2010

Mulailah menulis satu kata, lalu satu kalimat, kemudian satu paragraf, selanjutnya satu halaman, sampai akhirnya menjadi satu buku…

Powered by Blogger.