Senja sore itu, di bibir kawah ijen ketika kami akan turun menuju pos 1
Bulan agustus kali ini merupakan liburan panjang sekaligus musim kemarau yang baik untuk merencanakan liburan, kali ini tempat yang saya pilih yaitu kawah ijen. Kawah ijen saya pilih karena lokasinya yang dekat dengan kampung halaman yaitu Bondowoso. Setelah lebaran selesai dan menyisakan waktu liburan, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini setelah beberapa tahun tidak mengunjungi kawah ijen kembali.
Bersama seorang kawan dari banyuwangi yang kebetulan mempunyai hobi sama yaitu fotografi kami bertiga memulai pendakian jam 15.00 WIB, memang kami sengaja mendaki ijen sore hari karena saya sendiri belum pernah melihat sunset di kawah ijen. Dengan tracking sekitar 2 jam, sampailah kami di bibir kawah, angina kencang dan debu kali ini menemani kami menikmati indahnya ijen di sore hari.
Ketika sampai di bibir kawah saya cukup kaget melihat betapa sepinya penambang belerang yang biasanya berpapasan ketika tracking, ternyata setelah bertanya kepada petugas dipos pendakian hari ini masih merupakan hari libur lebaran, sehingga para penambang pun juga libur kerja. Tetapi dengan sepinya penambang suasana sore itu semakin indah, asap tebal yang dikeluarkan sesekali menyelimuti matahari yang akan tenggelam. Inilah waktu yang saya tunggu-tunggu, perubahan warna menjelang matahari tenggelam tidak saya lewatkan begitu saja. Tripod dan kamera selalu saya pegang karena angin waktu itu sangat kencang dan disepanjang bibir kawah hampir tidak ada tempat untuk berlindung.
pemandangan yang kami lihat ketika akan mencapai bibir kawah, langit begitu cerah dimusim kemarau.
matahari yang sesekali tertutup asap kawah, sesekali muncul menghangatkan suasana pegunungan
Bibir kawah ijen, yang ketika sunrise terlihat ukiran ukiran di tebingnya
Senja yang tinggal beberapa menit lagi, bersama asap belerang
Dalam rangka menyambut hari kemerdekaan, kami tak lupa mengibarkan sang bendera merah putih
Candi Prambanan di malam hari, suasana bulan purnama menambah mistiknya candi ini
Negeri Mentili yang dipimpin seorang raja bernama Prabu Janaka mempunya Putri cantik jelita bernama Dewi Shinta. Untuk menentukan calon suami, diadakan suatu sayembara. Akhirnya sayembara tersebut dimenangkan oleh putra mahkota kerajaan Ayodya yang bernama Rama Wijaya, Prabu Rahwana Raja Alengkadiraja sangat menginginkan memperistri Dewi Widowati. Setelah melihat Dewi Shinta, Rahwana menganggap bahwa Shinta adalah titisan Dewi Widowati yang selama ini dicari-cari.
Rama dan Shinta
Dewi Shinta, yang kemudian akan diculik oleh Rahwana ketika ditinggal berburu kijang oleh Rama
Hanoman yang bersiap untuk mngobrak abrik dan membakar kerajaan Alengka
Rama Wijaya yang siap memanah Rahwana
Pertempuran Rahwana dan Burung Garuda bernama Jatayu, ketika itu Jatayu berniat menyelamatkan Dewi Shinta, tetapi kalah oleh Rahwana
Pasukan Rahwana ketika akan membunuh Hanoman dengan cara dibakar hidup-hidup, tetapi Hanoman bukannya mati malahan membakar kerajaan Alengka
Pertempuran Rahwana Melawan Rama Wijaya, Rahwana akhirnya kalah oleh panah pusaka Rama dan dihimpit oleh Gunung yang dibawa Hanoman
dan pertunjukan pun usai, yang mau foto2 boleh kok :)
Nah itulah sepenggal cerita yang di pentaskan di Ramayana Ballet Candi Prambanan, malam itu saya untuk pertama kalinya menyaksikan keunikan tarian dari cerita yang melegenda tersebut. Bersama seorang kawan, kami langsung menuju prambanan dan segera mengambil tempat duduk paling depan. pertunjukan dimulai dari jam 19.30 sampai jam 22.00 lumayan panjang waktunya dan jangan lupa membawa cemilan, hehe..
Sungguh saya takjub melihat pentas yang dilakukan dengan latar candi prambanan itu, tetapi sedikit kecewa karena mendapatkan kursi dari samping. Jika ingin mendapatkan view dengan latar belakang candi prambanan dan bulan purnamanya harus memesan di kursi VVIP yang harganya cukup mahal bagi saya, haha..

Puing Puing Candi ijo
Perjalanan ke candi ijo memang tak terduga, suasana sore itu yang gerimis membuat saya bingung mau kemana, sedangkan disisi lain matahari sesekali bersinar dan sesekali tertutup awan mendung. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya saya putuskan menuju candi ijo. Candi ijo ini letaknya tidak jauh dari candi prambanan dan candi ratu boko, perjalanan yang menanjak membuat saya bingung dengan lokasi candi ini dan ternyata candi ijo merupakan candi yang letaknya tertinggi di Yogyakarta.
Memang tak sepopuler candi Borobudur dan candi Prambanan tetapi daya tarik candi ini membuat saya terpesona. Pemandangan yang di suguhkan dari candi ini berbeda dengan candi lainnya, di sisi barat candi anda dapat langsung menikmati bandara adi sucipto, dan di sisi tenggara tampak di kejauhan bukit ngelanggeran, terlebih lagi di sisi barat laut, tampak gunung sumbing dan gunung merapi di kelilingi awan sore.
Uniknya lagi jika kalian berkunjung di musim penghujan, maka suasana mistis romantis akan anda rasakan, kabut yang menyelimuti candi dan dinginnya udara di ketinggian membuat anda tidak pernah melupakan candi ijo. Rumput-rumput yang terbentang hijau di sekitar candi membuat candi ini lebih mempesona.
Tiket masuk ke candi ijo pun tak semahal candi borobudur, prambanan, dan candi ratu boko. Anda hanya cukup mengisi buku tamu dan dipersilahkan untuk menikmati wisata candi ijo. Cukup asik bukan, biaya yang gratis dan pemandangan yang mempesona dari ketinggian memang sudah seharusnya para traveler dan backpacker mengunjungi candi ini.
Musim kemarau telah tiba, waktu yang ditunggu-tunggu telah datang dan liburan Agustus 2013 kali ini merupakan waktu yang tepat untuk keluar dari zona nyaman. Tujuan kali ini yaitu Gunung Bromo, sudah sekian lama saya tidak mengunjungi gunung ini, pertama kali ke Gunung Bromo waktu masih duduk di kelas 3 SMP. Kali ini, gunung yang mengalami erupsi beberapa tahun lalu sungguh terasa berbeda, adanya spot untuk melihat sunrise yang baru saya ketahui yaitu pananjakan 1 dan pananjakan 2 menjadikan daya tarik tersendiri bagi saya.
Kawah Gunung Bromo
Sunrise Gunung Bromo (18-08-2013)
Tepat tanggal 17 agustus kami berempat berangkat dari Surabaya dan bermalam di homestay dekat pananjakan. Pagi itu jam 01.30 suara jeep dan motor sudah menjadi alarm tidur saya yang hanya beberapa jam saja. Tak sabar ingin melihat sunrise dan menuju lautan pasir membuat saya susah untuk tidur. Jam 03.00 kami menuju pananjakan 1 dan betapa kagetnya saya waktu itu, bukan tentang matahari yang muncul terlalu pagi dan bukan juga tentang dinginnya suasana pegunungan di musim kemarau, tetapi begitu ramainya pengunjung pagi itu untuk menyaksikan sunrise gunung bromo. Selain itu saya juga melihat lampu-lampu kecil yang beriringan menuju puncak tertnggi di pulau jawa “MAHAMERU” gunung yang mengingatkan saya tentang pendakian di tahun 2010 bersama seorang kawan baik.
Bromo - Semeru
Mahameru dengan Letusannya
Ketika sunrise tiba sekitar jam 05.00 sungguh indahnya gunung yang sudah lama tidak saya lihat ini. Aura sinar mentari pagi bagaikan lukisan di dinding-dinding tebing pegunungan, warna langit pun sungguh mempesona dan dengan gagahnya Mahameru berada paling tinggi. Perjalanan kami belum selesai, setelah sunrise masih ada lautan pasir yang menunggu di bawah sana dan ternyata suasana memang sudah berubah setelah sekian tahun saya mengunjungi Bromo kembali.


Jika dulu saya berjalan kaki di lautan pasir ini, sekarang saya menggunakan motor dan sudah pasti resikonya yaitu kalo enggak terjebak dilautan pasir ya pasti dihantam debu jeep yang lewat. Hahaha.. Belum lagi panasnya cuaca di lautan pasir buat kulit terasa mau gosong, tapi inilah yang dinamanakn ke-seru-an dalam berpetualang, kalo nggk seru ya nggk asik.. hehe..
Sampai Jumpa Bromo di lain waktu :D

Mulailah menulis satu kata, lalu satu kalimat, kemudian satu paragraf, selanjutnya satu halaman, sampai akhirnya menjadi satu buku…

Powered by Blogger.